Pages

Senin, 23 Agustus 2010

KELUARGA ATMODIONO DAN TUKINEM





DAFTAR KELUARGA ATMODIONO DAN TUKINEM
(rt:14 rw:4  jatisari,playen,playen,gunungkidul 55861)
cp:087839892630

“@-ANAK-@”

1.MARDILAH
2.SARJIATI
3.MARNI
4.SUPRIYANTO
5.DARSONO
6.PRIYATI

“@-MENANTU-@”
1.KARSO
2.MULYONO
3.PARNO
4.PARWIK
5.SUSI
6.AGUS

“@-CUCU-@”

-KARYADI AGUS
-MURTIKA
-NINING
-NANANG_ATNA
-ANIK
-IMAM
-PANDU
-AGING
-MUS
-MULLAH
-YANTO
-SITRI
-ENJANG
-LIGIK
-PUTRI
-NANIK

-NOPI
-RIMA

-WIDIK



“@-CICIT-@”

-MUHAMAD RIZKY PRASTOWO SETIWAN


EMAIL
ATMODIONO@GMAIL.COM
NANANG_ATNA@YAHOO.COM 

FB:NANANG  PUTUNE ATMODIONO



 


 

Jumat, 20 Agustus 2010

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

  IKATAN GUNUNGKIDUL BERSATU
[IGB]




Kabupaten Gunung Kidul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian wilayah Gunung Kidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi bencana kekeringan.
Daftar Isi:
1. Pusaka dan Identitas Daerah
2. Batas wilayah
3. Kecamatan
4. Referensi
Kabupaten Gunung Kidul

Lambang Kabupaten Gunung Kidul

Peta lokasi Kabupaten Gunung Kidul
Koordinat : -

Motto
Handayani (Hijau, Aman, Normatif, Dinamis, Amal, Yakin, Asah Asih Asuh, Nilai Tambah, Indah)
Provinsi
D.I. Yogyakarta

Ibu kota
Wonosari

Luas 1.485,36 km²
Penduduk
• Jumlah 686.000 (2003)
• Kepadatan 462 jiwa/km²
Pembagian administratif
• Kecamatan
18
• Desa/kelurahan
144
Dasar hukum -
Tanggal -
Bupati
Suharto SH
Kode area telepon
0274
DAU
Rp. -
________________________________________
Situs web resmi: http://www.gunungkidulkab.go.id/

1. Pusaka dan Identitas Daerah
1. 1. Zaman Prasejarah
Gunung Kidul telah dihuni oleh spesies manusia sejak 700 ribu tahun lalu[rujukan?]. Banyak ditemukan bukti-bukti arkeologis keberadaan manusia tersebut yang ditemukan di gua-gua & ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunung Kidul, terutama di Kecamatan Ponjong. Kecenderungan manusia menempati Gunung Kidul saat itu disebabkan sebagian besar dataran rendah di Yogyakarta masih digenangi air.[1] Kedatangan manusia pertama di Gunung Kidul terjadi pada akhir periode Pleistosen. Saat itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melewati lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga akhirnya mencapai pesisir pantai selatan Gunung Kidul melalui jalur Bengawan Solo purba.[2]
Dari sekitar 460 gua karst di Gunung Kidul, hampir setengahnya menjadi hunian manusia purba. Dari 72 gua horizontal di ujung utara Gunung Sewu, tepatnya di Kecamatan Ponjong yang terapit Ledok Wonosari di barat dan Ledok Baturetno di timur, 14 goa di antaranya merupakan bekas hunian manusia purba, dan dua di antaranya sudah diekskavasi yaitu Song Bentar dan Song Blendrong.[2] Di ceruk Song Bentar yang pernah menjadi hunian Homo sapiens ditemukan delapan individu yang terdiri dari: 5 dewasa, 2 anak-anak, dan 1 bayi juga ditemukan alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi, dan mata panah. Sementara di Song Blendrong ditemukan banyak tulang, peralatan batu, tanduk, dan serut kerang yang berserakan di lantai ceruk.[1]
Selain itu, di Goa Seropan di Kecamatan Semanu juga ditemukan bukti keberadaan manusia purba. Di lorong lama gua itu banyak ditemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sementara di lorong baru, yang berada pada kedalaman 60 m, dan baru muncul setelah terjadinya banjir di sungai bawah tanah tahun 2008, ditemukan potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia.[1]
1. 2. Lain-lain
• Tombak Kyai Marga Salurung
Pusaka Tombak Kyai Marga Salurung merupakan pusaka pemberian dari Raja Yogyakarta, Hamengkubuwono X pada Minggu 27 Mei 2001, saat Perayakan Hari Jadi ke-170 Kabupaten Gunungkidul.
Tombak pusaka yang memiliki dhapur baru cekel, warangka kajeng sanakeling melambangkan agar Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tetap memiliki tekad utama untuk mencapai cita-cita luhur yang berakar kuat dan selalu berpihak kepada rakyat. Para pemimpin dan rakyatnya memiliki sikap salurung atau searah setujuan, seia sekata, saiyeg-saeka- kapti dalam koridor demokrasi yang berarti berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, yang sadar haknya, namun juga menghormati hak orang lain dan tahu pasti kewajibannya.
• Tombak Kyai Panjolo Panjul
• Songsong (Payung) Kyai Robyong
2. Batas wilayah
• Utara : Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman
• Timur : Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
• Selatan : Samudra Hindia atau sering disebut dengan Pantai Laut Selatan
• Barat : Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul
3. Kecamatan
• Gedangsari
• Girisubo
• Karangmojo
• Ngawen
• Nglipar
• Paliyan
• Panggang
• Patuk
• Playen
• Ponjong
• Purwosari
• Rongkop
• Saptosari
• Semanu
• Semin
• Tanjungsari
• Tepus
• Wonosari




Sebuah gunung purba di selatan pulau Jawa dwipa. Tahukah anda?

 
Gersang, kering dan tandus. Selain itu secara kebanyakan orang menganggap Gunungkidul adalah sebuah pegunungan(mountain), tapi apa yang kita rasakan dari indera penglihatan kita sewaktu kita melawati daerah kelokan bukit Pathuk? banyak bongkahan batu berwarna hitam yang notabene adalah batu dari sebuah gunung berapi, tak hanya di bukit Pathuk saja, tapi di daerah Glundeng(sebelah timur ds Karang tengah), Gedhang Sari, juga jika kita dari arah kota Wonosari ke arah kota kecamatan Semin hal serupa kita dapati. Pernah saya berpikir batu batu tersebut berasal dari gunung Merapi di daerah kabupaten Sleman sana, saya sendiri kaget batu sebesar 2 kalinya badan kerbau tersebut terlempar begitu jauh ke tempat kami, Gunungkidul. Jika hal itu benar, bahwa gunung Merapi melepaskan batunya sampai Gunungkidul, apa jadinya kota Yogyakarta jika waktu yang terdahulu terulang lagi! itu pemikiran pertama dalam benak saya.

Pemikiran kedua, kemungkinan kata Gunungkidul adalah bermakna sebenarnya, yaitu gunung.Dari pengamatan amatiran saya, yang notabene hanya anak ndeso yang sedikit tahu informasi adalah jika saya pelajari secara awam Gunungkidul dibagi menjadi zona Gunung Sewu, Zona Ledok dan Zona Baturagung. Zona Gunungsewu meliputi daerah pantai selatan dan sekitarnya meliputi tanah tandus dan kering dimana air tawar berada di bawah tanah, berbukit bukit terjal dalam formasi banyak(gunung sewu/seribu gunung karena banyaknya bukit-bukit), Zona Ledok berupa lembah di utara zona gunung sewu, dengan tanah hitam dimana air lebih mudah didapatkan baik dari curah hujan maupun sumber air yang dapat ditarik keatas permukaan tanah, berbukit tapi cenderung rendah dan tidak se extrem gunung sewu, Zona baturagung berupa perbukitan yang naik turun dengan tingkat kecuraman sama dengan zona gunung sewu, perbedaannya jika di gunung sewu air sangat sulit didapatkan, di zona baturagung ini air berkecukupan.Berarti tanah di Gunungkidul berupa cekungan diapit 2 perbukitan, kemudian kita sambungkan data ini dengan batu hitam yang kita lihat di daerah bukit Pathuk tadi, bukankah secara tak terduga akan terpikir bahwa benar adanya Gunungkidul nyata-nyata gunung, Bukit pathuk sendiri di sebelah barat pada pertemuan zona ledok dan baturagung. Sedangkan bebatuan hitam di daerah ke arah kota Semin merupakan area sebelah timur di pinggiran zona baturagung dan ledok.Tak perlu kita takutkan secara berlebihan karena seandainya gunung itu adalah sebuah masa lalu, yang perlu adalah kita mengerti seperti apa sih Gunungkidul yang kita siniskan sebagai daerah tandus itu.

Pada beberapa waktu lalu saya tertarik pada sebuah artikel di majalah tempo interaktif yang mengulas tentang manusia purba di Gunung kidul.Disebutkan bahwa dikehidupan dahulu kala daerah Gunungkidul dihuni manusia purba, tidak sepurba yang di sangiran tentunya, melainkan dari segi kehidupan, karena manusia purba ini termasuk homo sapiens.Hidup dengan cara berburu binatang binatang liar seperti rusa, kerbau dan kuda nil termasuk hidup juga badak dangajah.Hal ini bisa dilacak melalui penemuan fosil di beberapa goa/song di zona gunung sewu berupa tulang belulang, gigi taring dan paha kudanil, mata panah dan kerangka manusia purba.Berarti dahulunya zona gunung sewu adalah hutan lebat dan padang luas. Jika kita perbandingkan antara dulu dan sekarang dalam perbandingan zona yang sama, maka:
- dari penemuan tersebut tergambar jelas bahwa dahulu zona gunung sewu adalah hutan lebat dan padang luas, jika kuda nil ditemukan disana berarti ada sebuah kawasan perairan yang luas, maka besar kemungkinan zona ledok adalah kawasan hutan yang jauh lebih lebat beserta danau/perairan yang lebih luas daripada zona gunung sewu, dengan perbandingan sekarang zona gunung sewu lebih kering dibanding zona ledok.
- sedangkan zona baturagung kurang lebih sama lebatnya dengan zona ledoksari, yang membedakan hanya cakupan medianya yang berbukit curam berbatu.

Jika hal ini mendekati kebenaran, maka kemana air di cekungan zona ledok mengalir. satu satunya jalan adalah turun melaui perbukitan pathuk sekarang ini, namun hal ini belum bisa saya dapatkan data, tapi menurut saya besar kemungkinan akan hal itu, karena jika kita lihat dari arah kota Piyungan sekarang ke daerah Gunungkidul di masa lalu adalah berupa tandon air di atas gunung yang tidak secara langsung mengucur ke bawah berbentuk air terjun.

Melihat masalalu lebih ke depan, kita dapati pengalaman Junghun ketika melihat pertama kali daerah Gunungkidul sebagai "Garden of Magic", taman dengan suasana mistisnya.Gunungkidul pun banyak ditemukan situs-situs candi kuno yang sekarang sudah tidak utuh lagi, dari informasi yang saya dapat, candi candi ini terbuat dari batu kapur, berbeda dengan candi candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu gunung ataupun candi candi di Jawa Timur yang etrbuat dari batu bata. Jika candi - candi di kedua tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan abu jenazah para raja, artikel yang saya baca adalah candi di Gunungkidul adalah tempat pemujaan baik pemujaan pada alam maupun secara agamis, dalam hal ini saya menarik kesimpulan bahwa daerah Gunungkidul dulunya dipuja sebagai suatu tempat yang mempunyai sifat lebih(dengan tidak merendahkan atau menyamakan daerah "yang lain").




SEJARAH GUNUNGKIDUL


Inilah cuplikan sejarah tentang daerahku!!

Adanya sebagian pelarian dari Majapahit yang kemudian menetap di Gunungkidul, diawali dari Pongangan Nglipar dan Karangmojo, maka perkembangan penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada waktu itu cepat di dengar oleh Raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Pada saat itu Sang Raja langsung mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah datang ke Gunungkidul, ternyata benar bahwa di Gunungkidul telah banyak dihuni orang-orang pelarian dari Majapahit, antara lain Ki Suromejo. Tumenggung Prawiropekso kemudian menasehati pada Ki Suromejo untuk meminta ijin dulu dengan Raja Mataram di Kartosura,karena daerah ini termasuk wilayah kekuasaan Raja Mataram. Namun tidak digubris, sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu menyebabkan Ki Suromejo dan keluarganya,yaitu Ki Mintowijoyo,Ki Poncobenawi,Ki Poncosedewa (anak menantu) terbunuh, dan Ki Poncodirjo akhirnya menyerahkan diri. Oleh Pangeran Sambernyowo, Ki Poncodirjo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I, namun tidak lama menjabat. Dikarenakan adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831,maka Gunungkidul yang dikurangi Ngawen sebagai enclave Mangkunegaran telah menjadi daerah kabupaten. Menurut buku “PEPRENTAHAN PROJO KEJAWEN” karangan Mr.Raden Mas Suryadiningrat,berdirinya Kabupaten Gunungkidul yang telah memiliki sistem pemerintahan itu, ternyata bersamaan dengan tahun berdirinya daerah-daerah lain di wilayah Yogyakarta, yaitu setahun setelah selesainya perang Diponegoro. Perbedaan yang ada hanyalah untuk pemberian sebutan kepada para pengageng atau penguasa, seperti untuk daerah Denggung yang sekarang Sleman, kemudian daerah Kalasan serta daerah Bantul dengan sebutan Wedono Distrik,sedang untuk wilayah Sentolo dan Gunungkidul dengan sebutan Riyo. Untuk Kabupaten Gunungkidul,setelah melalui berbagai upaya yang dilakukan oelh panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang dibentuk pada tahun 1984,baik yang terungkap melalui fakta sejarah,penelitian dan pengumpulan data dari tokoh masyarakat berhasil menyimpulkan bahwa hari lahir Kabupaten Gunungkidul adalah Hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau Tahun Jawa 15 Besar Tahun Je 1758. BUPATI YANG PERNAH MEMIMPIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
1. Mas Tumenggung Pontjodirjo
2. Raden Tumenggung Prawirosetiko
3. Raden Tumenggung Suryokusumo
4. Raden Tumenggung Tjokrokusumo
5. Raden Tumenggung Padmonegoro
6. Raden Tumenggung Danuhadiningrat
7. Raden Tumenggung Mertodiningrat
8. KRT.Yudodiningrat
9. KRT.Pringgodiningrat
10.KRT.Djojodiningrat
11.KRT.Mertodiningrat
12.KRT.Dirjodiningrat
13.KRT.Tirtodiningrat
14.KRT.Suryaningrat
15.KRT.Labaningrat
16.KRT.Brataningrat
17.KRT.Wiraningrat
18.Prawirosuwignyo
19.KRT.Djojodiningrat,BA
20.Ir.Raden Darmakun Darmokusumo
21.Drs.KRT.Sosrodiningrat
22.Ir.Soebekti Soenarto
23.KRT.Harsodingrat,BA
24.Drs.KRT.Hardjohadinegoro (Drs.Yoetikno)
25.Suharto,SH
26.Drs.H.Ir Sumpeno putro S.sos

Sumber;http://badai-laut-selatan.blogspot.com

Daftar Pesona Wisata Gunungkidul :

Wisata Alam
• Hutan Tleseh
• Hutan Wanagama
• Hutan Sodong
• Hutan Bunder
• Kali Suci
• Hargodumilah
• Gunung Nglanggeran
• Gunung Gambar
• Gunung Batur
• Sumber Ponjong
• Watulawang Resort
• Watu Dakon
• Waduk Beton
• Lembah Ngingrong
Wisata Pantai
• Pantai Sundak
• Pantai Baron
• Pantai Ngobaran > Rute Menuju Pantai Ngobaran
• Pantai Sepanjang
• Pantai Ngrenehan
• Pantai Wedi Ombo
• Pantai Kukup
• Pantai Krakal
• Pantai Drini
• Pantai Siung
• Pantai Timang
Wisata Gua
• Gua Seropan
• Gua Grubug
• Gua Rancang
• Gua Bribin
• Gua Jomblang
Wisata Seni dan Budaya
• Rasulan
• Campur Sari
• Topeng Bobung
• Gejog Lesung
• Rinding Gundeng
Wisata Kuliner
• Belalang

• Tiwul

• Daftar Restoran/Rumah makan di Gunungkidul
• Gatot
• Angkringan
• Ayam Goreng Pak Parman
• Lesehan
• Sego Abang
• Tempe Bungkil
Hotel/Penginapan
• Daftar Hotel di Gunungkidul
• Hotel di Pantai Baron
Wisata Sejarah
• Museum Radio Banaran
• Situs Gunung Bang
• Situs Nandi Baron
• Situs Gondang
• Candi Wiladeg
Wisata Religi/Spiritual
• Masjid Agung Al-Ikhlas
• Mbang Lampir
• Makam Ki Ageng Giring Sodo
Pusat Oleh-Oleh Khas Gunungkidul

• Pasar argosari
• Pasar lainya
• Super market
http://www.wisatagunungkidul.com/2010/05/pesona-wisata-gunungkidul.html

Gunung Gambar, Mountain Tourisme


Gunung Gambar is a former hermitage Raden Mas Said or better known as Prince Samber Lives in time of war against Dutch colonialists.

Tourism object is located in the village of Kampong, Ngawen, Gunung Kidul is being developed with various support facilities to facilitate the visitors to enjoy the surrounding scenery. Located 39 km from the city Wonosari or 70 km from the city of Yogyakarta, these attractions can be reached by any vehicle.

Mountain tourism object is located 200 meters Picture above sea level so that when standing at the top we can see the marsh Jombor in Klaten and reservoir inundation Gajah Mungkurt in the distance. With the completeness of the toilet, a path and substations of view and path leading to the former monastery of Prince Samber Lives, This tourist attraction grew comfortable to visit.



Gunung Gambar, Mountain TourismeGunung Gambar is a former hermitage Raden Mas Said or better known as Prince Samber Lives in time of war against Dutch colonialists.Tourism object is located in the village of Kampong, Ngawen, Gunung Kidul is being developed with various support facilities to facilitate the visitors to enjoy the surrounding scenery. Located 39 km from the city Wonosari or 70 km from the city of Yogyakarta, these attractions can be reached by any vehicle.Mountain tourism object is located 200 meters Picture above sea level so that when standing at the top we can see the marsh Jombor in Klaten and reservoir inundation Gajah Mungkurt in the distance. With the completeness of the toilet, a path and substations of view and path leading to the former monastery of Prince Samber Lives, This tourist attraction grew comfortable to visit.


http://www.wisatagunungkidul.com/2010/08/gunung-gambar-mountain-tourisme.html